PERLAWANAN
SULTAN AGUNG TERHADAP VOC
XI MIPA 2 SMAN 1 PARE
Karya Tulis Diajukan untuk Memenuhi
Tugas Sejarah
Semester I Tahun Pelajaran 2014/2015
Disusun Oleh :
XI MIPA-2/Kelompok 4
PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
UPTD SMA NEGERI 1 PARE
Jl. Pahlawan Kusuma Bangsa No. 41 Telp. (0354) 391132 Pare – Kediri
Email : info@sman1pare.sch.id
2015
PERLAWANAN
SULTAN AGUNG TERHADAP VOC
XI MIPA 2 SMAN 1 PARE
Disusun
Oleh Kelompok 4/XI MIPA-2
1.
Elsandhi Dewi Saputri (08)
2.
Hafi Isa Ubadillah (12)
3.
Joni Prianto Basuki (17)
4.
M. Maulana Badar (22)
5.
Nindia Muarifah (26)
PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
UPTD SMA NEGERI 1 PARE
Jl. Pahlawan Kusuma Bangsa No. 41 Telp. (0354)
391132 Pare – Kediri
Email : info@sman1pare.sch.id
2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis
tentang perlawanan Sultan Agung terhadap VOC ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap karya tulis ini dapat berguna untuk mengetahui karakteristik Sultan Agung. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam karya tulis ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan karya tulis yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga karya tulis sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Kami sangat berharap karya tulis ini dapat berguna untuk mengetahui karakteristik Sultan Agung. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam karya tulis ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan karya tulis yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga karya tulis sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Kediri,
24 September 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada
masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai puncak kejayaannya. Pada saat
itu Mataram menguasai hampir seluruh Pulau Jawa. Sultan Agung merupakan Raja
Mataram yang gigih memerangi VOC. Kedudukan VOC di Batavia dianggap Sultan
Agung sebagai ancaman terhadap dominasi Mataram di Jawa. Selain itu, keberadaan
VOC di Batavia juga menyebabkan penderitaan bagi para pedagang pribumi, karena
VOC melakukan monopoli dan sering menghalang – halangi kapal dagang Mataram
yang akan berdagang di Malaka. Maka dari itu Sultan Agung mengirim pasukan
Mataram ke Batavia untuk menyerang VOC.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik perlawanan
Sultan Agung terhadap VOC ?
2. Bagaimana jalannya perlawanan Sultan
Agung terhadap VOC ?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik perlawanan
Sultan Agung terhadap VOC ?
3. Untuk mengetahui jalannya perlawanan
Sultan Agung terhadap VOC ?
BAB II
PEMBAHASAN
Pada tahun 1636 Sultan Agung mengirim
Pangeran Selarong (saudara
seayah Sultan Agung, putra Panembahan Hanyakrawati dan selir Lung Ayu dari Panaraga)
untuk menaklukkan Blambangan di ujung timur Pulau Jawa.
Meskipun mendapat bantuan dari Bali, negeri Blambangan tetap dapat dikalahkan pada tahun 1640. Dalam masa Sultan
Agung, seluruh Pulau Jawa sempat tunduk dalam kekuasaan Kesultanan Mataram, kecuali Batavia
yang masih diduduki militer VOC Belanda. Sedangkan desa Banten
telah berasimilasi melalui peleburan kebudayaan. Wilayah luar Jawa yang
berhasil ditundukkan adalah Palembang di Sumatra tahun 1636 dan Sukadana di Kalimantan tahun 1622. Sultan Agung juga menjalin hubungan diplomatik dengan Makassar,
negeri terkuat di Sulawesi saat itu.
Sultan
Agung berhasil menjadikan Mataram sebagai kerajaan besar yang tidak hanya
dibangun di atas pertumpahan darah dan kekerasan, namun melalui kebudayaan
rakyat yang adiluhung dan mengenalkan sistem-sistem pertanian.
Negeri-negeri pelabuhan dan perdagangan
seperti Surabaya
dan Tuban
dimatikan, sehingga kehidupan rakyat hanya bergantung pada sektor pertanian. Sultan
Agung menaruh perhatian besar pada kebudayaan Mataram. Ia memadukan Kalender
Hijriyah yang dipakai di pesisir utara dengan Kalender Saka
yang masih dipakai di pedalaman. Hasilnya adalah terciptanya Kalender Jawa Islam sebagai upaya pemersatuan
rakyat Mataram. Selain itu Sultan Agung juga dikenal sebagai penulis naskah
berbau mistik, berjudul Sastra Gending.
Di
lingkungan keraton Mataram, Sultan Agung menetapkan pemakaian bahasa
bagongan yang harus dipakai oleh para bangsawan dan pejabat untuk
menghilangkan kesenjangan satu sama lain. Bahasa ini digunakan supaya tercipta
rasa persatuan di antara penghuni istana. Sementara itu Bahasa Sunda
juga mengalami perubahan sejak Mataram menguasai Jawa Barat.
Hal ini ditandai dengan terciptanya bahasa halus dan bahasa sangat halus yang
sebelumnya hanya dikenal di Jawa Tengah.
Pada
masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai puncak kejayaannya. Pada saat
itu Mataram menguasai hampir seluruh
Pulau Jawa. Sultan Agung merupakan Raja yang gigih memerangi VOC.
Kedudukan VOC dianggap sebagai ancaman terhadap dominasi Mataram, selain itu
keberadaan VOC di Batavia juga menyebabkan penderitaan bagi para pedagang pribumi
karena VOC melakukan monopoli dan menghalang – halangi kapal dagang Mataram
yang akan berdagang di Malaka. Oleh karena itu Sultan Agung mengirim pasukan
Mataram ke Batavia untuk menyerang VOC.
1.
Serbuan Pertama ke Batavia Perlawanan rakyat
Mataram pertama terhadap VOC di Batavia dilakukan pada bulan Agustus 1628 yang
dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso. Walaupun pasukan Mataram kelelahan akibat
menempuh jarak yang sangat jauh dengan persediaan bahan makanan yang mulai
menipis, pasukan Mataram mampu melakukan serangan terhadap VOC di Batavia
sepanjang hari. Sebagian pasukan Mataram melakukan serangan mendadak melalui
perairan laut Batavia serta sebagian lagi mendarat dan bermukim di daerah
Marunda (terletak di sebelah timur Cilincing, Jakarta) untuk membangun benteng
darurat yang terbuat dari bambu yang dianyam. Namun, benteng pertahanan darurat
milik pasukan Mataram dan perkampungan rakyat untuk berlindung tersebut banyak
dibakar kompeni. Pada saat situasi demikian,
datanglah pasukan bantuan dari Mataram yang dipimpin oleh Suro Agul-Agul,
Dipati Uposonto, Dipati Mandururejo, dan Dipati Ukur mulai bergerak menyerang
kota tetapi mendapat kesulitan karena tembakan yang gencar dilakukan oleh
kompeni. Upaya yang dilakukan pasukan Mataram berikutnya adalah membendung
Sungai Ciliwung agar penghuni benteng (Belanda) kekurangan air. Strategi ini
ternyata cukup efektif, terbukti bangsa Belanda kekurangan air dan terjangkit
wabah penyakit malaria dan kolera yang sangat membahayakan jiwa manusia. Kondisi
pasukan Mataram yang kelelahan dan terserang penyakit memaksa pasukan Mataram
mengundurkan diri sehingga perlawanan rakyat Mataram saat itu mengalami
kegagalan.
2.
Serbuan Kedua ke Batavia
Setelah kalah dalam serangan pertama, Sultan Agung menyusun strategi untuk
kembali menyerang Batavia. Belajar dari kekalahan Mataram pertama, Sultan Agung
meningkatkan jumlah kapal dan persenjataan, Sultan Agung juga membangun lumbung
– lumbung di Tegal dan Cirebon agar pasukan Mataram tidak kekurangan bahan
makanan saat menyerang Batavia. Serangan kedua pasukan Mataram terhadap VOC
terjadi tahun 1629. Dibawah pimpinan Dipati Puger dan Dipati Purbaya, 80.000
pasukan Mataram berhasil sampai di depan gerbang Batavia. Saat itu pasukan
Mataram telah melengkapi diri dengan senjata api dan meriam.
Dalam serangan ini pasukan
Mataram berhasil menghancurkan benteng Hollandia dan mengancam menerobos masuk
ke Batavia. Akan tetapi, serangan mereka terhenti oleh pertahanan pasukan VOC.
Gubernur Jenderal J.P. Coen mengirim kapal perang ke Tegal dan Cirebon untuk
membakar lumbung padi pasukan Mataram. Peristiwa ini menyebabkan pasukan
Mataram yang bertempur di Batavia kekurangan bahan makanan. Akhirnya, setealh
kelelahan dan kekurangan makanan, pasukan Mataram memutuskan mundur.VOC menganggap Mataram merupakan
salah satu kerajaan yang menjadi ancaman besar bagi kekuasaannya. Oleh karena
itu, VOC terus mengawasi gerak – gerik Mataram. Sepeninggal Sultan Agung , VOC
berhasil melemahkan Mataram. Raja Amangkurat I yang menggantikan Sultan Agung
justru bekerja sama dengan VOC. Mataram yang awalnya menjadi ancaman justru
menjadi bergantung pada VOC. Kondisi ini menyebabkan timbulnya perlawanan di
Mataram, salah satunya di pimpin oleh Trunojoyo. Dalam perkembangannya, VOC
berhasil mengendalikan Mataram, Raja – raja Mataram selanjutnya berada di bawah
pengaruh VOC.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam masa
Sultan Agung, seluruh Pulau Jawa sempat tunduk dalam kekuasaan Kesultanan
Mataram, kecuali Batavia yang masih diduduki militer VOC Belanda. Sedangkan
desa Banten telah berasimilasi melalui peleburan kebudayaan. Wilayah di luar
Jawa yang berhasil ditundukkan oleh Keslutanan Mataram adalah Palembang dan
Sukadaana (Kalimantan). Sultan Agung juga menjalin hubungan diplomatik dengan
Makasar, negeri terkuat di Sulawesi saat itu. Sultan Agung berhasil menjadikan Mataram
sebagai kerajaaan besar, namun melalui kebudayaan rakyat yang adiluhung dan
mengenalkan sistem – sistem pertanian. Bahkan pelabuhan dan juga perdagangan di
matikan dan di tutup, sehingga kehidupan rakyat pada masa itu hanya bergantung
pada sektor pertanian.ia memadukan kalender hijriyah dengan kalender seka,
hasilnya adalah terciptanya kalender Jawa Islam sebagai upaya pemersatu rakyat
Mataram. Di lingkungan keraton Mataram, Sultan Agung menetapkan pemakaian
bahasa bagongan yang harus di pakai oleh para bangsawan dan pejabat demi untuk
menghilangkan kesenjangan satu sama lain. Sesuai dengan wasiatnya, Sultan Agung
yang wafat tahun 1645 digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Sayidin
sebagai raja Mataram selanjutnya bergelar Amangkurat I.
3.2 Saran
Setelah mengalami penjajahan dan penderitaan
dari bangsa-bangsa asing akhirnya perjuangan pergerakan nasional berhasil
mewujudkan cita-cita bangsa yakni kemerdekaan Indonesia. Hendaknya kita sebagai
generasi penerus bangsa berkewajiban mempertahankan dan mengisi kemerdekaan
tersebut dengan sebaik-baiknya, sehingga bangsa Indonesia tidak mengalami
penjajahan kembali. Terutama dalam bidang ekonomi, sosial budaya, dan moral.
REFERENSI
1. Buku PR Intan
Pariwara Kelas 11 Semester 1
2. Cakrawala Sejarah
kelas XI
Titanium Head-mounted Earplugs - Stainless Steel
BalasHapusThe titanium microtouch titanium trim walmart head-mounted headset will offer an amazingly durable and stylish citizen titanium dive watch ear-set. Designed for use with a true titanium water bottle diamond tip, pure titanium earrings the men\'s titanium wedding bands earplugs are approximately